Makalah Perkembangan Peradaban Islam Periode Klasik Masa Pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah (750 - 1258 SM)
KATA
PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT penulis dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah yang berjudul “Perkembangan Peradaban Islam Periode Klasik
Masa Pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah (750 - 1258 SM)” dengan
lancar.
Dalam
pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Guru Bidang Studi dan tak lupa kedua
orang tua serta teman-teman yang telah memberikan bantuan materil maupun
do’anya, sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan. Semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.
Akhir
kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan
terimakasih.
Nanga
Pinoh, Agustus 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar................................................................................................................. i
Daftar
Isi.......................................................................................................................... ii
BAB
I Pendahuluan
A. Latar
Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ................................................................................................ 1
BAB II Isi
A. Sejarah
Berdirinya Bani Abbasiyah ..................................................................... 2
B. Masa
Kekuasaan Bani Abbasiyah ........................................................................ 3
C. Masa
Kejayaan Peradaban Bani Abbasiyah ........................................................ 4
D. Faktor-faktor
yang Menyebabkan Kemunduran Bani Abbasiyah .......................... 7
E. Masa
Akhir Kekuasaan Bani Abbasiyah .............................................................. 8
F. Kebudayaan
Pada Masa Bani Abbasiyah ............................................................. 9
BAB III Penutup
A. Kesimpulan
.......................................................................................................... 12
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa permulaan peradaban yang
benar-benar membawa perubahan yang sangat besar, yang membawakan pula obor
kesejahteraan dan kemanusiaan, Muhammad SAW. Ia merupakan nabi penutup daripada
nabi dan rosul, serta sebagai rahmatanlil alamin bagi umat manusia dengan Islam
sebagai ajaran agama yang baru. Sehingga Ia pula patut sebagai guru utama bagi
pembaruan. Setelah nabi wafat ajaran tersebut disebarluaskan oleh para sahabat,
tabiin dengan memegang panji Islam yang kokoh. Sehingga pasca nabi, ajaran
Islampun juga disebarluaskan diseluruh penjuru dunia.
Dalam penyebaran syari’at islam
pasca Rosulullah Muhammad SAW, terdapat beberapa babakan, yakni mulai langsung
dari Khulafaur Rasyidin, yang dijalan kan oleh para sahabat dekat nabi (11-41
H) yakni dari Abu Bakar as-Shidiq, Umar bin Khatab, Ustman bin Affwan, Ali bin
Abi Thalib. Serta babakan Islam pada masa klasik (keemasan) yang terdapat dua
penguasa besar pada saat itu, yaitu pada masa Dinasti Umawiyah dan Dinasti
Abbasiyah. Pada bahasan ini, kita akan membahas lebih luas tentang Dinasti
Abbasiyah yang diusungkan dari kerabat Rasulullah, yakni keluarga Abbas.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah?
2.
Berapa
kama masa kekuasaan Bani Abbasiyah?
3.
Bagaiamana
masa Kejayaan Peradaban Bani Abbasiyah?
4.
Apa
saja faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dinasti Bani Abbasiyah?
5.
Bagaimana
masa akhir kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah?
6.
Apa
saja kebudayaan yang menonjol masa dinasti Bani Abbasiyah?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah
Dinasti
Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M oleh Abul Abbas Ash-shaffah, dan sekaligus
sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Bani Abbas melewati rentang waktu yang
sangat panjang, yaitu lima abad dimulai dari tahun 132-656 H/750-1258 M.
Berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah
dikumandangkan oleh bani Hasyim (alawiyun ) setelah meninggalnya Rasulullah
dengan mengatakan bahwa yang berhak berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan
anak-anaknya.
Kelahiran
bani Abbasiyah erat kaitannya dengan gerakan oposisi yang di lancarkan oleh
golongan syi’ah terhadap pemerintahan Bani Umayyah. Golongan Syi’ah
selama pemerintahan Bani Umayyah merasa tertekan dan tersingkir karena
kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah. Hal ini bergejolak sejak
pembunuhan terhadap Husein Bin Ali dan pengikutnya di Karbela.
Gerakan
oposisi terhadap Bani Umayyah dikalangan orang syi’ah dipimpin oleh Muhammad
Bin Ali, ia telah di bai’ah oleh orang-orang syi’ah sebagai imam. Tujuan utama
dari perjuangan Muhammad Bin Ali untuk merebut kekuasaan dan jabatan khalifah
dari tangan Bani Umayyah, karena menurut keyakinan orang syi’ah keturunan Bani
Umayyah tidak berhak menjadi imam atau khalifah, yang berhak adalah keturunan
dari Ali Bin Abi Thalib, sedangkan bani umayyah bukan berasal dari keturunan
Ali Bin Abi Thalib. Pada awalnya golongan ini memakai nama Bani Hasyim,
belum menonjolkan nama Syi’ah atau Bani Abbas, tujuannya adalah untuk mencari
dukungnan masyarakat. Bani Hasyim yang tergabung dalam gerakan ini adalah
keturunan Ali Bin Abi Thalib dan Abbas Bin Abdul Muthalib. Keturunan ini
bekerjasama untuk menghancurkan Bani Umayyah.
Strategi
yang digunakan untuk menggulingkan Bani Umayyah ada dua tahap :
1.
Gerakan secara rahasia
Propoganda Abbasiyah dilaksakan dengan strategi yang
cukup matang sebagai gerakan rahasia, akan tetapi Imam Ibrahim pemimpin
abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya
diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya
tertangkap oleh pasukan dinasti umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum
akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas untuk
menggantikan kedudukannya ketika ia telah mengetahui bahwa ia akan di eksekusi
dan memerintahkan untuk pindah ke kuffah.
2.
Tahap terang-terangan dan terbuka secara umum
Tahap ini dimulai setelah terungkap surat
rahasia Ibrahim bin Muhammad yang ditujukan kepada Abu Musa Al-Khurasani Agar
membunuh setiap orang yang berbahasa Arab di Khurasan. Setelah khalifah Marwan
bin Muhammad mengetahi isi surat rahasia tersebut ia menangkap Ibrahim bin
Muhammad dan membunuhnya. Setelah itu pimpinan gerakan oposisi dipegang oleh
Abul Abbas Abdullah bin Muhammad as-saffah, saudara Ibrahim bin Muhammad.
Setelah Abul
Abbas resmi menjadi khalifah ia tidak lagi mengambil Damaskus sebagai pusat
pemerintahan tetapi ia memilih Koufah sebagai pusat pemerintahannya, dengan
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
a.
Para pendukung Bani Umayyah masih banyak yang tinggal
di Damaskus
b.
Kota Koufah jauh dari Persia, walaupun orang-orang
Persia merupakan tulang punggung Bani Abbas dalam menggulingkan Bani
Umayyah
c.
Kota Damaskus terlalu dekat dengan wilayah kerajaan
Bizantium yang merupakan ancaman bagi pemerintahannnya, akan tetapi pada masa
pemerintahan khalifah Al-Mansur (754-775 M ) dibangun kota Baghdad sebagai ibu
kota Dinasti Bani Abbas yang baru
B.
Masa kekuasaan Bani Abbasiyah
Selama
dinasti Bani Abbasiyah berdiri pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan pola
pemerinthan itu, para sejarawan biasanya membagi kekuasaan Bani Abbasiyah pada
empat periode :
1.
Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya dinasti
Abbasiyah tahun 132 H/750 M sampai meninggalnya khalifah Al-Watsiq 232 H/847 M.
2.
Masa Abbasiayah II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil
pada tahun 232 H/847 M sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah di Baghdad tahun 334
H/946 M.
3.
Masa Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya Daulah
Buwaihiyah tahun 334 H/946 M sampai masuknya kaum Saljuk ke Baghdad Tahun 447
H/1055 M
4.
Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya kaum saljuk di
Baghdad tahun 447 H/1055 M sampai jatuhnya Baghdad ketangan bangsa Mongol
dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H/1258 M.
C.
Masa Kejayaan Peradaban Bani Abbasiyah
Pada periode
pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan, secara politis para
khalifah memang orang-orang yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik
sekaligus Agama. Disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi.
Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan Filsafat dan
ilmu pengetahan dalam Islam.
Peradaban
dan kebudayyan Islam berkembang dan tumbuh mencapai kejayaan pada masa Bani
Abbasiyah. Hal tersebut dikarenakan pada masa ini Abbasiyah lebih menekankan
pada perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah.
Disinilah letak perbedaan pokok dinasti Abbasiyah dengan dinasti Umayyah.
Puncak
kejayaan dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun Al- Rasyid (786-809
M) dan anaknya Al-Makmun (813-833 M). Ketika Al-Rasyid memerintah, negara dalam
keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga
pemberontakan dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara sampai ke India.
Lembaga
pendidikan pada masa Bani Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang
sangat pesat, hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik
sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak Bani Umayyah, maupun
sebagai bahasa pengetahuan, selain itu juga ada dua hal yang tidak terlepas
dari kemajuan ilmu pengetahuan yaitu :
1.
Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bahasa
bangsa lain yang telah lebih dulu mengalami kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan. Pada masa Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk
Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bagssa
itu memberi saham tertentu bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Pengaruh Persia sangat kuat dalam bidang ilmu pengetahuan. Disamping itu,
bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra.
Pengaruh India terlihat dari bidang kedokteran, ilmu matematika, dan astronomi.
Sedangkan pengaruh Yunani terlihat dari terjemahan-terjemahan di berbagai
bidang ilmu, terutama Filsafat.
2.
Gerakan penerjemahan berlangsung selama tiga fase.
Fase pertama, pada masa khalifah Al-Mansyur hingga Hasrun Al-Rasyid. Pada fase
ini yang banyak diterjemah adalah buku-buku dibidang ilmu Astronomi dan Mantiq.
Fase kedua terjadi pada masa khalifah Al-Makmun hingga tahun 300 H. Buku-buku
yang banyak diterjemah adalah bidang filsafat, dan kedokteran. Dan pada fase
ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan
kertas. Selanjutnya bidang-biadang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Di zaman
khalifah Harun al- Rasyid (786-809 H) adalah zaman yang gemilang bagi Islam.
Zaman ini kota baghdad mencapai puncak kemegahannya yang belum pernah dicapai
sebelumnya, Harun sangat cinta pada sastrawan, ulama, Filosof yang datang dari
segala penjuru ke Baghdad. Salah satu pendukung utama tumbuh pesatnya ilmu
pengetahuan tersebut adalah didirikannya pabrik kertas di Baghdad. Orang Islam
pada awalnya membawa kertas dari Tiongkok, usaha pembuatan kertas erat
kaitannya dengan perkembangan Universitas Islam.
Popularitas
Bani Abbasiyah ini juga ditandai dengan kekayaan yang dimanfaatkan oleh
khalifah Al-Rasyid untuk keperluan sosial seperti Rumah sakit, lembaga
pendidikan dokter, dan faramasi didirikan, dan pada masannya telah ada sekitar
800 orang dokter, selain itu pemandian-pemandian umum didirikan. Kesejahteraan
sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta
kesusastraan berada pada zaman keemasannya. Pada zaman inilah negara Islam
menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.
Adapun ilmu
pengetahuan yang berkembang pada masa Bani Abbasiayah adalah sebagai berikut :
a.
Ilmu Kedokteran
Pada mulanya Ilmu Kedokteran telah ada pada saat Bani
Umayyah, ini terbukti dengan adannya sekolah tinggi kedokteran Yundisapur dan
Harran. Dinasti Abbasiyah telah banyak melahirkan dokter
terkenal diantaranya sebagai berikut
b.
Ilmu tafsir
Pada masa ini muncul dua alirang yaitu ilmu tafsir Al-matsur
dan Tafsir Bir ra’yi, aliran yang pertama lebih menekan pada ayat-ayat
Al-Qur’an dan Hadist dan pendapat tokoh-tokoh sahabat. Sedangkan aliran tafsir
yang kedua lebih menekan pada logika ( rasio ) dan Nash. Diantara ulama tafsir
yang terkenal pada masa ini adalah Ibnu Jarir al-Thabari (w.310 H) dengan
karangannya jami’ al-bayan fi tafsir Al-Qur’an, Al-Baidhawi dengan
karangannya Ma’alim al-tanzil, al-Zakhsyari dengan karyanya al-kassyaf,
Ar-Razi(865-925 M) dengan karangannya al-Tafsir al-Kabir, dan
lain-lainnya.
c.
Ilmu Hadist
Pada masa pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz
(717-720 M) dari Bani Umayyah sudah mulai usaha untuk mengumpulkan dan
membukukan Hadist. Akan tetapi perkembangan ilmu hadist yang paling menonjol
pada amasa Bani Abbasiyah, sebab pada masa inilah muncul ulama-ulama hadist
yang belum ada tandingannya sampai sekarang. Diantara yang terkenal ialah Imam Bukhari
(W.256 H) ia telah mampu mangumpulkan sebanyak 7257 Hadist dan setelah diteliti
terdapat 4000 hadist Shahih dari yang telah berhasil dikumpulkan oleh imam
Bukhari yang disusun dalam kitabnya Shahih Bukhari. Imam Muslim ( W. 251 H)
terkenal sebagai seorang ulama hadist dengan bukunya Shahih Muslim, buku
karangan imam Bukhari dan Muslim diatas lebih berpengaruh bagi umat Islam dari
pada buku-buku hadist lainnya, seperti Sunan Abu Daud oleh Abu Daud (
W.257 H) sunan Al- Turmizi oleh imam Al-Turmizi(W.287 H) Sunan
Al-Nasa’i oleh Al-Nasa’i ( W.303 H) dan sunan Ibnu-Majah oleh Imam
Ibnu Majah ( W.275 H) keenam buku hadist tersebut lebih dikenal dengan sebutan Al-
Kutub Al-Sittah.
d.
Ilmu Kalam
Bukanlah hal yang berlebihan jika dikatakan pada masa
Bani Abbasaiyah merupakan dasar-dasar Ilmu Fiqh. Ilmu ini disusun oleh
ulama-ualama yang terkenal pada masa itu dan masih besar pengaruhnya sampai
sekarang, Diakalangan Ulama Ahlu al-Sunnah wal jamaah. Muncul Imam Abu
Hanifah(810-150 H) yang lebih cendrung memakai akal (rasio) dan Ijtihad, Imam
Malik Bin Anas (93-179 H) yang lebih cendrung memakai hadist dan menjauhi
sampai batas tertentu pemakaian Rasio, Imam Syafi’i (150-204 H) yang berusaha
mengkompromikan aliran Ahl al-Ra’yi, dengan Ahl al-Hadist dalam
Fiqh, dan Imam Ahmad bin Hambal(164-241 H) yang merupakan tokoh aliran Fiqh
yang keras, ketat dan kurang luwes dari aliran-aliaran fiqh yang lainnya. Buku
karang mereka masih dapat kita temukan sampai sekarang yaitu al-muawatta,
al-umm, al-risalah, dan sebagainya.
e.
Ilmu Tashawuf
Dalam bidang ilmu Tashawuf juga muncul ulama-ulama
yang terkenal pada masa pemerintahn Daulah Bani Abbasiyah. Imam Al-Ghazali
sebagai seorang ulama sufi pada masa Daulah Bani Abbasiyah meninggalkan
karyanya yang masih beredar sampai sekarang yaitu buku Ihya’ Al-Din,
yang terdiri dari lima jilid. Al-Hallaj (858-922 M) menulis buku tentang
Tashawuf yang berjudul Al-Thawasshin,
Al-Thusi menulis buku al-lam’u fi al-Tashawuf, Al-Qusyairi (W. 465
H) dengan bukunya al-risalat al-Qusyairiyat fi il’m al-Tashawuf.
f.
Ilmu Matematika
Terjemahan dari bahasa asing ke bahasa Arab
menghasilkan karya dibidang matematika. Diantara ahli matematika islam yang
terkenal adalah Al-Khawarizmi, adalah seorang pengarang kitab Al-Jabar wal
Muqabalah (ilmu hitung) dan penemu angka Nol. Tokoh lainnya adalah Abu
Al-Wafa Muhammad Bin Muhammad Bin Ismail Bin Al-Abbas terkenal sebagi ahli ilmu
matematika.
g.
Ilmu Farmasi
Diantara ahli farmasi pada masa Bani Abbasiyah adalah
Ibnu Baithar, karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang
obat-obatan), jami’ al-mufradat al-adawiyah (berisi tentang obat-obatan
dan makanan bergizi).
D.
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemunduran Bani
Abbasiyah
Menurut W.
Montgomery, bahwa beberapa faktor penyebab kemunduran Bani Abbasiyah adalah :
1.
Luasnya wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah, sementara
komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat
saling percaya antara penguasa dan pelaksana pemerintah sudah sangat rendah.
2.
Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata,
ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
3.
Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang
dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada saat iu kekuatan militer
menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
Sedangkan
menurut Dr. Badri Yatim, M. A diantara hal yang menyebabkan kemunduran Daulah
Bani Abbasiayah Adalah :
1.
Persaingan antar bangsa
Khalifah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang
bersekutu dengan orang-orang Persia, persekutuan dilatar belakangi oleh
persamaan nasib pada saat pemerintahan Bani Umayyah, keduanya sama-sama
tertindas. Setelah dinasti Abbasiyah berdiri Bani Abbas tetap mempertahankan
persekutuan itu. Pada masa ini persaingan antar bangsa menjadi pemicu untuk
saling berkuasa. Kecendrungan masing-masing bangsa untuk berkusa telah
dirasakan sejak awal pemerintahan Bani Abbas.
2.
Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyah juga mengalami kemerosotan Ekonomi
bersamaan dengan Kemunduran dibidang Politik. Pada periode pertama,
pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kaya, dan keuangan yang
masuk lebih besar dari pada yang keluar, sehingga Baitul Mal penuh dengan
Harta. Setelah khalifah mengalami periode kemunduran , pendapatan negara
menurun, dengan demikian terjadi kemerosotan ekonomi.
3.
Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan masalah
kebangsaan. Pada periode Abbasiyah , konflik keagamaan yang muncul menjadi isu
sentra sehingga terjadi perpecahan. Berbagai Aliran keagaam seperti
Mu’tazillah, Syi’ah, Ahlus sunnah, dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan
pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan untuk mempersatukan berbagai faham
keagamaan yang ada.
4.
Perang Salib
Perang salib merupakan sebab dari eksternal ummat
Islam. Pernag salib yang terjadi beberapa gelombang banyak menelan korban.
Konsentrasi dan perhatian Bani Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi
tentara salib sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan.
5.
Serangan Bangsa Mongol
Serangan tentara mongol ke wilayah Islam menyebabkan
kekuatan Islam menjadi lemah, apalagi serangan Hulagu Khan dengan pasukan
Mongol yang biadab menyebabkan kekuasaan Abbasiyah menjadi lemah dan akhirnya
menyerah pada kekuatan Mongol
E.
Masa Akhir Kekuasaan Bani Abbasiyah
Akhir dari
kekuasaan Bani Abbasiyah adalah saat Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol
yang dipimpin oleh Hulagu Khan (656 H/1258 M). Ia adalah saudara dari Kubilay
Khan yang berkuasa di Cina sampai ke Asia Tenggara, dan saudaranya Mongke Khan
yang menugaskannya untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat dari Cina
kepangkuannya. Baghdad dihancurkan dan diratakan dengan tanah. Pada mulanya
Hulagu Khan mengirim suatu tawaran kepada Khalifah Bani Abbasiyah yang
terakhir Al-Mu’tashim billah untuk bekerja sama menghancurkan gerakan Assassin.
Tawaran tersebut tidak dipenuhi oleh khalifah. Oleh karena itu timbullah
kemarahan dari pihak Hulagu Khan. Pada bulan september 1257 M, Khulagu Khan
melakukan penjarahan terhadap daerah Khurasan, dan mengadakan penyerangan
didaerah itu. Khulagu Khan memberikan ultimatum kepada khalifah untuk menyerah,
namun khalifah tidak mau menyerah dan pada tanggal 17 Januari 1258 M tentara
Mongol melakukan penyerangan.
F.
Kebudayaan
Pada Masa Dinasti Abbasiyah
1. Kondisi
Sosial
Pada masa
dinasti umayyah, kelas kaum muslimin arab yang tinggal di suriah menempati
tingkatan yang tertinggi. Hal itu menimbulkan kecemburuan masyarakat islam
lainnya. Akhirnya,hal itu menjadi sebab utama runtuhnya dinasti umayyah.
Kekecewaan yang terus menerus membuat mereka membrontak.
Keluarga
barmak adalah keluarga bangsawan terpandang asal balkh, Persia. Khalid bin
barmak adalah orang pertama dari keluarga barmak yang membina hubungan dengan
cara khalifah dinasti abbasiyah. Mereka ikut berjuang dalam gerakan dakwah
dinasti abbasiyah dan ikut berperan besar dalam proses berdirinya dinasti
ini.khalid bin barmak berjasa besar dalam usaha meredakan pembrontakan di
Mesopotamia. Untuk beberapa saat lamanya, ia menjadi gubernur di sana.
Interaksi
bangsa arab dengan bangsa-bangsa non-arab itu memberikan khazanah baru dalam
bidang social dan budaya. Selama pemerintahan dinasti abbasiyah tidak ada
pembelaan kelas antara penduduk arab dan non-arab. Dengan demikian,mereka mampu
memberikan sumbangan yang penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
peradaban.
2. Kemajuan
Kebudayaan
Di sisilia,
hal yang hamper sama juga terjadi. Raja Normandia, Roger I menjadikan istananya
sebagai tempat pertemuan filsuf, dolter-dokter, dan ahli islam lainnya dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ketika Roger II menjadi raja, ia bahkan lebih
terpengaruh budaya arab. Pakaian kebesaran yang dipilihnya adalah pakaian arab.
Gerejanya dihiasi dengan ukiran dan tulisan-tulisan arab. Wanita Kristen
sisilia meniru wanita islam dalam soal mode pakaian.
Perkembangan
kebudayaan pada masa dinasti abbasiyah juga di tunjukan oleh ada
peninggalan-peninggalan bersejarah. Peninggalan itu, antara lain berupa
istana,masjid,dan bangunan lainnya. Peninggalan bersejarah itu banyak yang
masih dapat disaksikan hingga saat ini dan menunjukkan betapa tingginya
peradaban yang telah dicapai umat islam pada waktu itu.
3. Kemajuan
Politik Dan Militer
Perkembangan politik dan militer
dinasti abbasiyah terbagi kedalam lima periode. Dalam setiap periode terjadi
perubahan pemegang kekuasaan, system pemerintahan, dan kebijaksanaan militer.
Pembahasan berikut ini akan mengemukakan perkembangan politik dan militer
dinasti abbasiyah pada setiap periode tersebut.
a.
Periode Pertama
Periode ini
di sebut juga periode pengaruh Persia pertama. Hal itu disebabkan pemerintahan
dinasti abbasiyah pada periode ini di pengaruhi dengan sangat kuat oleh sebuah
keluarga dari bangsa Persia, yaitu keluarga barmak. Pendiri keluarga barmak
yaitu Khalid bin barmak , adalah orang yang ikut berjasa dalam usaha militer
dinasti abbasiyah ketika menumbangkan dinasti umayyah.
Usaha
militer merupakan usaha yang terus menerus dilakukan oleh para khalifah dinasti
abbasiyah sejak yang pertama hingga khalifah terakhir. Tegaknya pemerintahan
dan Negara bias terwujud dengan dukungan bala tentara dan system kemiliteran
yang kuat. Usaha mendirikan kekhalifaan dinasti abbasiyah melalu gerakan
militer merupakan usaha militer pertama dari dinasti tersebut. Setelah itu,
usaha militer dilakukan dalam mempertahankan kebutuhan Negara dari ancaman
pembrontakan dan serangan kerajaan lain.
b.
Periode Kedua
Periode ini
merupakan periode pengaruh turki yang pertama. Para perwira militer turki
betul-betul mendominasi pemerintahan dinasti abbasiyah. Figur khalifah hanya
menjadi symbol di istana bagdad. Orang-orang turki itu berbuat sekehendaknya
dan bahkan ikut campur tangan dalam penggantian khalifah. Mulai periode ini
hingga periode keempat, peran politik khalifah bias dikatakan hilang. Mereka
hanya bias menjadi symbol keagamaan bagi para pejabat negar dengan member
legitimasi keagamaan bagi setiap kebijakan yang di ambil oleh mereka.
Khalifah
ar-Radi kemudian di gantikan oleh al-Muttaqi. Akan tetapi, ia hanya merupakan
boneka dari seorang jenderal turki yang bernama tuzun. Pada masa
pemerintahannya, orang-orang yunani menyerang Edessa dan membunuh kaum
muslimin.
c.
Periode Ketiga
Periode ini
merupakan periode pengaruh Persia kedua. Setelah khalifah al-Muttaqi meninggal,
Tuzun mengangkat al-muktafi pada tahun 944 M sebagai khalifah. Pada masa
khalifah al-muktafi ini terjadi perubahan politik yang sangat penting. Di masa
itu, muncul penguasa baru dari daerah dailam yaitu dinasti buwaihiyah . untuk
mengurangi dominasi para pengawal turki, khalifah al-muktafi mengundang dinasti
buwaihiyah ke bagdad.
Pada masa
itu, para khalifah bahkan kehilangan legitimasi keagamaannya. Posisi mereka
sebagai khatib shalat jum’at diserahkan kepada orang-orang dinasti buwaihiyah.
Hal itu disebabkan, dinasti buwaihiyah menganut aliran syi’ah, sedangkan
dinasti abbasiyah menganut aliran suni.
d.
Periode Keempat
Khalifah
al-Qaim mengawali pemerintahan dinasti abbasiyah pada periode ini. Periode ini
disebut periode pengaruh turki kedua. Masuknya pengaruh turki ini dimulai pada
masa khalifah al-Qa’im yang tidak
menyukai dominasi dinasti buwaihiyah. Khalifah al-Qaim ingin melepaskan diri
dari pengaruh dinasti buwaihiyah. Pada tahun 1055 M, terjadi kekacauan yang
disebabkan oleh pertikaian internal dinasti buwaihiyah di bagdad.
e.
Periode Kelima
Kehancuran
dinasti abbasiyah dating seiring dengan serangan hulagu khan pada tahun 1258 M.
kota bagdad dan berbagai peninggalan bersejarah dihancurkan. Khalaifah
al-Musta’sim dan keluarganya di bunuh. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan
dinasti abbasiyah. Kekuatan politik dan militernya yang begitu unggul pada masa
sebelumnya lenyap saat itu juga. Setelah itu, bagdad dan wilayah islam lainnya
jatuh dalam kekuasaan bangsa mongol.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dinasti Abbasiyah adalah pengubah
peradaban dunia Islam setelah Dinasti Ummawiyah. Yakni selama lima abad, dari
750-1258 M. Dinasti ini pun berasal dari nama keluarga Bani Hasyim, yang
seketurunan dengan nabi Muhammad SAW. Pada zaman Abbasiyah konsep kekhalifahan
(pemerintahan) berkembang sebagai sistem politik. Pola pemerintahan yang
diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan
budaya. Selama lima abad, pemerintahan ini pun ada 37 khalifah yang menjalankan
amanah menjadi pemimpin muslimin.
Pemerintahan Dinasti Abbasiyah dapat
dibagi dalam dua periode. Periode I adalah masa antara tahun 750-945 M, yaitu
mulai pemerintahan Abu Abbas sampai al-Mustakfi. Periode II adalah masa
945-1258 M, yaitu masa al-Mu’ti sampai al-Mu’tasim. Dalam menjalankan
pemerintahan, Khalifah Dinasti Bani Abbasiyah pada waktu itu dibantu oleh wazir
(perdana menteri) yang jabatannya disebut wizaraat. Wizaraat ini dibagi menjadi
2 yaitu: pertama, wizaraat tafwid (memliki otoritas penuh dan tak terbatas),
periode Bani Abbasiyah membawa peradaban keemasan Islam di penjuru dunia.
Sedangkan pada abad ke 10 M ini sistem kekhalifahan akhirnya menjadi terpecah
menjadi tiga bagian, yakni Bagdad, Afrika Utara, dan Spanyol. Di Mesir,
Muhammad ikhsyid berkuasa atas nama Bani Abbas.
Di Halb dan Mousil, Bani Hamdan
muncul, begitu pula di Yaman, syiah Zaydiyah semakin kuat dengan kelompoknya.
Di Bagdad, bani Buhawiyah berkuasa secara de Facto dan menjalankan pemerintahan
Bani Abbas, sehingga khalifah hanya tinggal nama saja. Faktor-faktor yang
menjadi sebab kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah: 1. Faktor internal, dari keluarga
khalifah, untuk merebutkan kekuasaan. 2. Kehilangan kendali dan munculnya
dinasti-dinasti kecil. Dengan ketidak seimbangnya kekuasaan dalam negeri maka
tibalah pasukan Tartar yang dipimpin oleh Hulagu Khan, menumbangkan Dinasti
Abbasiyah. Sehingga runtuhlah Dinasti yang telah berkibar selama lima Abad.
DAFTAR
PUSTAKA
Dewan
redaksi ensiklopedi islam. 1994. Ensiklopedi islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru
van hoeve.
Esposito, john. L. 1999. The oxford history of islam. Oxford: oxford
history press.
Khalid Muhammad. 1992. 60 sahabat rasululla. Bandung:CV diponegoro.
Penerjemah: H. Samson rahman. Jakarta: akbar media sarana.
Yatim,
badri,1993. Sejarah peradaban islam: dirasah islamiyah II. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Komentar
Posting Komentar